Minggu, 02 Desember 2007

TIAN....ku Sayang , TIAN....ku Malang



Kehidupan adalah suatu sketsa yang yang memberikan gambaran kepada Manusia untuk bisa berkaca dari sketsa sketsa hidup yang telah tergambar. Kita tidak akan pernah tau kehidupan apa yang akan tergambar kelak. Karena kehidupan mendatang adalah suatu misteri Ilahi. Tinggal Kita manusia hanya bisa Tawakal ketika ternyata kehidupan mendatang tidak sesuai dengan harapan ataupun impian...........

Sketsa Masa kanak-kanak oleh sebagian orang adalah yang paling membahagiaan termasuk juga buat diriku. Its unforgettable. masa itu diisi dengan bermain dan bermain. Segudang permainan2 tradisional seperti gobak sodor, benthik,lompatann, Sudamanda dan lain sebagainya sangat akrab dan biasa kita mainkan namun dijaman sekarang ini permainan2 seperti itu sudah jarang kita temui atau mungkin hampir punah dan telah tergantikan dengan game-game canggih seperti Playstation.

Diantara sekian banyak teman-teman kecilku waktu itu aku punya teman bernama Tian.Rumahnya terletak persis di belakang rumah nenek. Tian adalah sosok perempuan Jawa yang Lembut, pendiam dan penuh tanggung jawab. diantara kami waktu itu Tianlah yang punya pikiran paling Dewasa. Tian dilahirkan dari keluarga yang serba kekurangan, Ayah kandungnya mengalami Gangguan mental dan ia tidak pernah mengenal sosok ayahnya sejak ia lahir.Ibunya telah lama bercerai dan menikah lagi dengan orang lain kemudian karena kesulitan ekonomi maka orang tuanya pergi transmigrasi. Dan sejak saat itu tian tinggal bersama kakek dan neneknya yang sudah tua. Diusianya yang masih belia ia sudah diberikan tanggung jawab mengerjakan pekerjaan2 rumah seperti mencuci,masak dan lain sebagainya.

Aku dan Tian adalah sosok pribadi yang sangat bertolak belakang,aku adalah gadis kecil yang manja,aktif dan ceriwis sedangkan Tian adalah gadis kecil yang sederhana,tertutup dan kalem tapi anehnya kita sangat cocok dan kompak..Dari kecil aku emang suka berteman dengan orang-orang yang tidak neko-neko dan punya ketulusan dalam dirinya, Kami jarang banget berselisih kalau berangkat ataupun pulang sekolah kami sering sama-sama. Tian bagiku adalah seorang contoh gadis yang baik.Meskipun disekolahan dia tidak banyak teman karena sifatnya yang sangat pendiam tapi aku menyayanginya. Kami seperti Saudara. Nenekku sering memuji-muji Dia.. karena memang aku akui kalau tian adalah anak yang rajin .

Hari berganti hari dan tahun berganti tahun, hingga pada akhirnya kita harus berpisah karena setamat dari SD aku melanjutkan diSMP yang tidak sama dengan Tian. Tapi meskipun begitu kami kadang masih belajar bersama kalau pas aku pulang kerumah,sebab di SMP aku tinggal di rumah saudara karena jarak rumahku dengan sekolahan jauh dan waktu itu kendaraan masih jarang tidak seperti sekarang. Lambat laun seiring berjalannya waktu kami-bener-bener terpisah karena aku harus melanjutkan kuliah di Jogja sedangkan Tian karena tidak ada biaya setamat dari SMEA dia tidak melanjutkan kuliah dan merantau ke Jakarta. Lama tidak mendengar kabar dari Tian dan aku disibukkan dengan aktivitas kuliah dan seabreg kegiatan di fakultas.Terakhir aku tau dari ibunya yang sudah pulang dari Transmigarasi mengatakan bahwa Tian sudah bekerja di Jakarta. Aku ikut senang mendengarnya karena paling tidak Tian bisa meringankan beban orang tuanya untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya,karena meskipun pulang dari transmigrasi tapi ternyata nasib tidak membawa perubahan yang berarti bagi kehidupan ekonomi keluarganya.

Suatu ketika saat aku pulang liburan semester aku mendengar berita bahwa tian sakit dan agak terganggu jiwanya. Hal itu yang menyebabkan dia di PHK dari perusahaan tempat ia bekerja karena sering termenung ditempat kerja. sewaktu aku di Rumah nenekku saat nenekku mengadakan syukuran atas kelulusan om ku yang telah memperoleh gelar Doktor, tiba-tiba Tian datang dan mencariku..waktu itu aku seneng banget atas kedatangan Tian sebab sudah lama banget kita gak pernah ketemu. Aku banyak bertanya tentang keadaannya,aku sengaja tidak menanyakan kenapa dia pulang dari Jakarta karena takut kalau ia jadi sedih. Tapi memang aku merasakan ada yang lain dari sikap Tian yang tidak seperti Tian yang kukenal dulu.Dahulu meskipun pendiam tapi Tian masih sering bercerita ketawa ketiwi dengan aku. apalagi kalau aku godain dia tentang siapa cowoknya sekarang, dia pasti cerita dengan wajah yang malu-malu dan senyum simpulnya. Tapi Tian yang sekarang berada di depanku sungguh lain.Tatapannya hampa dan sepertinya ada beban dipikirannya yang tidak pengen orang lain tau. Tapi entah mengapa aku kepingin banget membantu dia mengurangi sedikit beban yang ada dipikirannya. Tapi aku gak tau apa yang harus aku perbuat. Kemudian tiba-tiba disela obrolan kita Tian cerita tentang temen-temennya di Jakarta dan dia bercerita kalau di sana dia sering diajak ikut pengajian sama teman-temannya. Aku senang mendengarnya dan dia cerita ke aku kalau dia juga pengen banget pakai jilbab, tapi masih belum siap katanya. Mendengar keinginan tian untuk pake Jilbab tiba-tiba aku puny ide meminjami dia buku-buku bacaan yang ringan seperti Anida atau umi. Dan kebetulan dirumah nenekku ada majalah anida maka dengan segera aku kasih buku itu ke Tian. Nih buat kamu buat ngisi waktu luangmu...baca-baca, siapa tau dengan membacanya hatimu bisa terbuka dan mantap mengenakan Jilbab, dulu akupun punya pengalaman seperti itu, waktu itu setelah membaca cerpen "Ketika Mas Gagah Pergi" di Anida aku sangat tersentuh dan itulah salah satu faktor yang membuat aku mantap untuk mengenakan busana muslimah disamping factor utama yaitu Hidayah dari ALLAH SWT tentunya, kataku pada Tian waktu itu.

Sejak pertemuanku yang terakhir dirumah nenek aku sudah tidak lagi ketemu dengan Tian,aku dengar Tian dapat kerja lagi di Purworejo, aku kembali disibukkan dengan aktivitas perkuliahan yang saat itu sudah sampai tahap penyusunan skripsi dan setelah selesai aku pergi ke Surabaya dan bekerja disana. Tapi setelah beberapa waktu kemudian aku sangat terkejut mendengar berita lagi kalau ternyata kondisi Tian makin parah, dia tidak hanya stress tapi sudah menjadi gila, aku masih tidak percaya mendengarnya apalagi ditengah kegilaannya ada laki-laki Biadap yang telah memperkosanya sehingga menjadikan dia hamil tanpa diketahui siapa yang telah menghamilinya dan akhirnya Tian melahirkan seorang anak perempuan. Ya ….Allah inikah salah satu ujian yang Engkau berikan pada Hambamu…aku hanya bisa beristigfar mendengar berita itu. Sekian tahun aku sudah tak pernah melihat Tian lagi karena setiap kali aku pulang ke rumah dan setiap kali aku tanyakan ke orang tuanya,orang tuanya pun gak mengetahui keberadaannya. Tian selalu pergi entah dimana---menggelandang dan jarang pulang. Aku hanya sering bertemu dengan anaknya. Anak yang luar biasa cantik, energik dan sungguh menyenangkan. Andai saja kamu tau Tian kamu punya anak yang amat manis..dan lucu…kamu pasti bangga menjai ibunya….

Suatu ketika saat menjelang lebaran kemarin aku pergi kerumah Tian dengan membawa makanan dan seperti yang sudah-sudah aku tidak pernah ketemu lagi dengan Tian. Setelah sedikit ngobrol dengan ibunya aku pamitan pulang, Tapi ketika aku baru berjalan beberapa langkah dari kejauhan aku melihat di pekarangan nenek ada seseorang yang duduk bersila dengan tatapan kosong seperti patung, Aku berhenti dan kuamati dari jauh siapa orang itu ..ya Tuhan itu khan Tian…Spontan aku panggil-panggil namanya..Tian-tian tapi dia Tetap diam membisu seakan dia tidak menyadari ada orang yang memangil-manggil namanya. Setelah aku sadar kalau dia tidak merespon, aku berhenti memanggilnya. Tiba-tiba tanpa aku sadari pipiku basah,air mataku jatuh dengan sendirinya. Aku sungguh tidak tega melihat Tian yang sekarang dengan wajahnya yang kusut, kurus kering, dan parahnya lagi dia tidak mengenakan sehelai benangpun di badannya. Hatiku bagai diaduk-aduk, berbagai perasan bercampur…sedih,marah,prihatin dan kecewa menyatu. Aku tidak rela melihat nasib Tian yang seperti ini. Mengapa harus Tian..............Apa salahnya Tuhan hingga dia harus mengalami hal yang demikian.Tian adalah anak yang baik,teramat baik dan selama hidupnya ia hidup dalam kesusahaan. Berbagai pikiran berkecamuk dalam otakku tapi sekaligus aku juga tidak bisa berbuat-apa2 untuk menyelamatkan Tian. Dan akupun juga tidak bisa menyalahkan keluarganya kenapa jauh-jauh sebelumnya tidak membawanya berobat,karena kondisi ekonominya yang tidak berkecukupan.Akhirnya aku pulang ke rumah dengan membawa setumpuk pertanyaan dihati tentang Tian yang mungkin sulit untuk kujawab.
Andai saja waktu itu aku mau memberikan sedikit waktu untuknya untuk sekedar membantu
mengurangi beban pikirannya. 

Ya Allah Engkau adalah Maha pengasih dan Maha Penyayang. Aku percaya bahwa apa yang menimpa Tian bukan karena Engkau marah padanya, juga bukanlah disebabkan hukum karma,karena akupun juga tidak percaya adanya hukum karma tersebut.Sembuhkanlah Tian ya Allah,berikan dia kesempatan untuk menjalani hidup ini dengan normal,dan menjadi ibu yang baik bagi anaknya.



1 komentar:

Juang Santoso mengatakan...

Ass.wr.wb,
Mbak mohon maaf numpang lewat.Kebetulan lagi searching trus ketemu blognya mbak:) Baca Cerita yg ini kok kayaknya trenyuh banget. Ada pertanyaan yg menohok di hati apakah saya mampu menjalaninya jika dihadapkan pada posisi Tian. Aniway makasih ya mbak untuk chicken soupnya:)

Wass.wr.wb.

Juang
juang.santoso@gmail.com